PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KARANG ASEM TIMUR DALAM OPTIMALISASI BUDIDAYA IKAN DAN PRODUK OLAHANNYA

Berita Acara Kegiatan

 

Nama Kegiatan                 : Dosen Mengabdi “Pemberdayaan Masyarakat Desa Karang Asem Timur Dalam Optimalisasi Budidaya Ikan Dan Produk Olahannya

Hari/ Tanggal                     : Minggu, 5 September 2021

Waktu                                   : 09.00-12.00 WIB

Tempat                                : Desa Karang Asem Timur, kecamatan Citeureup, Kab. Bogor, Jawa Barat

Peserta                                : 20 orang

 

Pada hari minggu tanggal 5 september 2021, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor telah menyelenggarakan kegiatan dosen mengabdi dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Desa Karang Asem Timur Dalam Optimalisasi Budidaya Ikan Dan Produk Olahannya”. Peserta kegiatan meliputi warga Desa Karang Asem Timur, kecamatan Citeureup, Kab. Bogor, Jawa Barat.

Karang Asem Timur merupakan salah satu desa di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki luasan wilayah 108,375 ha. Berdasarkan pernyataan kepala desa, Desa Karang Asem Timur memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.695 jiwa dengan jumlah KK aktif sebanyak 3.158, terdiri atas 5.481 laki-laki dan 5.203 perempuan. Desa Karang Asem Timur memiliki beberapa organisasi masyarakat yang aktif diantaranya, Karang Taruna, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Posyandu, dan ronda. Terdapat tiga peternak ikan lele yang skala produksinya dari yang kecil, menengah hingga besar. Budidaya ikan lele Desa Karang Asem Timur memiliki potensi untuk dikembangkan.

Berdasarkan potensi tersebut, kelompok dosen mengabdi yang terdiri dari Dr. Laily Dwi Arsyianti, Dr. Furqon Syarief, Fajar Maulana, M.Si yang merupakan dosen Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, FEM; Departemen Manajemen, FEM; dan Departemen Budidaya Perairan, FPIK; IPB University dan melibatkan dua orang mahasiswa berupaya memberikan pembekalan atas usaha pengembangan dan pencarian solusi bidang perikanan khususnya kegiatan budidaya ikan lele dan pengolahannya.

Pembekalan yang dilakukan merupakan kegiatan sosialisasi serta diskusi secara langsung kepada masyarakat khususnya pembudidaya lele dan perangkat desa sebagai agen penggeraka desa mengenai prinsip budidaya lele baik menggunakan wadah konvensional kolam (terpal) maupun skala rumahan (akuaponik, budikdamber). berguna untuk menopang ketahanan pangan selama masa pandemik.

Masyarakat Desa Karang Asem Timur mengungkapkan permasalahan dalam pengembangan kegiatan budidaya lele, diantaranya adalah permasalahan pakan ikan. Oleh karena itu, sebagai program pengambangan KKNT IPB di desa ini, Program Dosen Mengabdi yang diwakili oleh Fajar Maulana, M.Si memberikan pembekalan mengenai penyediaan pakan yang mungkin dapat diaplikasikan secara langsung di masyarakat. Yaitu penyediaan tanaman Lemna perpusilla Torr atau dikenal dengan sebutan lokal mata lele.

Tanaman ini ternyata memiliki kandungan protein cukup tinggi dan dapat digunakan sebagai alternatif pakan baik ikan, unggas, ternak, juga mamalia. Lemna dipilih karena laju pertumbuhannya yang cepat sehingga sangat mudah untuk perbanyak. Pertumbuhannya mencapai 40 persen per hari dan memiliki umur hidupnya sekitar 10 hari serta mampu menghasilkan hingga 20 anakan dari satu indukan.  Lemna juga memiliki nilai nutrisi (protein; 40% bobot kering) yang tingg. Selain kandungan protein yang baik, tumbuhan ini memiliki keunggulan dapat dikultur dengan biaya murah karena bisa tumbuh di air limbah yang mengandung unsur hara tinggi. Lemna merupakan agen fitoremediasi untuk mengolah limbah cair dalam hal ini adalah buangan dari ikan budidaya. Hal ini menjadikan Lemna bersifat ramah lingkungan karena berkemampuan membersihkan air dari unsur-unsur hara dan bahan pencermar lainnya, seperti bahan organik, nutrien, dan bahkan logam berat ujar Fajar dalam acara pembekalannya. Pelatihan ini berjalan sangat baik dan menyenangkan. Dibuktikan dengan durasi dan benyaknya antusiasme audiens dalam berdiskudi. Hasilnya sangat memuaskan, terlebih dengan pengetahuan yang meningkat.

Press Release Dosen Mengabdi Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan desa dengan luas wilayah seluas 6,46 km2 dengan jumlah penduduk 11.724 jiwa pada tahun 2019. Desa ini memiliki potensi pengembangan sektor pertanian dan pariwisata. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani dengan menghasilkan tanaman pangan, termasuk sayuran. Selain itu, perikanan dan peternakan juga telah berkembang, di antaranya beternak kambing dan budidaya lele.
Masyarakat Desa Cipelang mengungkapkan permasalahan dalam pengembangan potensi daerah mereka di antaranya adalah mengenai teknis pengembangan pariwisata, teknik pertanian dan pengembangan produk, hingga kaderisasi petani yang semakin sulit, sehingga mendapatkan tanaga kerja untuk pertanianpun saja semakin sulit saat ini. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari program KKNT IPB di desa ini, telah dilaksanakan Program Dosen IPB Mengabdi pada hari Sabtu, tanggal 11 September 2021 yang dilakukan secara hybrid. Perwakilan mahasiswa KKNT mengumpulkan warga, khususnya kelompok tani setempat di Kantor Desa Cipelang, dikombinasikan dengan pembekalan secara daring oleh dosen-dosen IPB.
Kelompok Tani (Poktan) yang hadir pada kegiatan ini diantaranya beberapa perwakilan dari Gapoktan Barokah Abadi Jaya, Pokdakan BBS Cipelang, serta Poktan Mekar Sejahtera. Perwakilan Gapoktan yang hadir umumnya mengelola budidaya lele, ternak kambing, pertanian tanaman pangan termasuk sayur serta pariwisata yang berpotensi terintegrasi dengan kegiatan pesantren setempat.
Pembekalan diberikan oleh dosen-dosen IPB. Prof. Hamim dari Departemen Biologi, FMIPA, IPB, menyampaikan terkait pengembangan tanaman kelor (Moringa oleifera) yang memiliki kandungan nutrisi dalam bentuk vitamin dan mineral yang sangat kaya dan khasiatnya sebagai sumber antioksidan yang bagus untuk mendukungan peningkatan gizi masyarakat desa. Selain itu pemanfaatan daun kelor olahan dalam bentuk sayur kelor, teh kelor hingga pudding daun kelor bisa menjadi daya tarik dalam mengembangkan kuliner pendukung desa wisata dengan produk yang khas. Pak Hirmas Fuady Putra, juga dari Departemen Biologi, menyampaikan terkait pengembangan desa wisata yang selaras dengan kearifan lokal dengan memadukan tiga fungsi secara seimbang yaitu fungsi ekonomi, ekologi dan sosial yang sesuai khususnya jika dikembangkan di saat pandemic saat ini. Pak Hirmas memberikan contoh pengembangan desa wisata salah satu daerah di Belitung. Mengingat di Cipelang banyak pesantren, maka pariwisata juga dapat dikembangkan dengan konsep pariwisata ramah Muslim atau lebih dikenal dengan pariwisata halal, apalagi data menunjukkan bahwa separuh pendapatan dari sektor pariwisata dunia berasal dari masyarakat dunia yang beragama Muslim (perlu dicek, ini data di dunia atau data di Indonesia)?. Selain itu, saat ini, destinasi pariwisata halal dunia masih sedikit dan lebih banyak berada di Malaysia, sehingga penting bagi Indonesia untuk mengembangkannya.
Bu Dr Neneng Hasanah, dari Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, FEM, IPB, menyampaikan edukasi wakaf yang membuka wawasan masyarakat bahwa sumber dana pengembangan pertanian dan potensi pariwisata tidak hanya mengandalkan pembiayaan atau kredit juga mengharapkan bantuan dari lembaga keuangan maupun Pemerintah Daerah dan Pusat.. Sumber dana pengembangan potensi desa dapat berasal dari wakaf melalui uang, dengan cara menghimpun atau penggalangan wakaf melalui uang bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi, sehingga tercipta ekonomi masyarakat yang mandiri. Dr Laily Dwi Arsyianti, juga dari Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, meneruskan contoh aplikasi pendanaan pengembangan potensi desa melalui dana wakaf, infak, dan zakat dari masyarakat seluruh Indonesia. Salah satu contoh desa yang memanfaatkan sumber pendanaan ini adalah Desa Cibunian Kabupaten Bogor yang memanfaatkan lahan yang sebelumnya terbengkalai lalu dibeli dengan dana wakaf dan digunakan untuk budidaya perikanan, budidaya lebah, pengadaan sekolah di alam serta pengembangan ekowisata. Pemanfaatan dana wakaf untuk hutan yang dikelola oleh Hutan Wakaf Bogor dicetus oleh Pak Khalifah Muhammad Ali yang juga merupakan dosen millennial Departemen Ilmu Ekonomi Syariah. Melalui pendekatan millennial diharapkan masalah kaderisasi petani di Desa Cipelang dapat teratasi.